Membingkai Kenangan dalam Lembaran Yasin
Hari itu, rumah tampak lebih sunyi dari biasanya. Meskipun dipenuhi orang, suasana duka masih menggantung di udara. Di tengah pelukan dan ucapan belasungkawa, seseorang datang membawa tumpukan buku Yasin yang telah dipesan sejak beberapa hari lalu. Ketika buku itu dibagikan kepada para tamu, sejenak semua terdiam. Di sampul depannya, tertera nama orang yang kami cintai—yang kini hanya tinggal dalam kenangan dan doa. Buku itu kecil, sederhana, namun keberadaannya memberi arti lebih dari yang bisa diucapkan oleh kata-kata.
Buku Yasin bukanlah benda baru bagi banyak keluarga. Ia sering hadir dalam momen kehilangan, menjadi bagian dari rangkaian doa dan tahlil. Namun ketika yang wafat adalah seseorang yang sangat dekat, buku itu tak lagi terasa seperti benda biasa. Ia berubah menjadi wadah perasaan, tempat menyalurkan cinta dan rindu yang tak bisa disampaikan secara langsung. Di dalamnya bukan hanya ayat-ayat suci dan doa, tapi juga jejak penghormatan terakhir dari anak, saudara, atau sahabat yang ingin mengenang dengan cara yang paling lembut: lewat bacaan yang menenangkan.
Dalam proses membuatnya, tak jarang keluarga berdiskusi panjang hanya untuk memilih warna sampul, jenis kertas, atau tulisan kecil yang ingin disisipkan di halaman pertama. Ada yang memilih untuk menyertakan doa khusus, ada pula yang ingin menambahkan sebaris kalimat bijak yang pernah diucapkan almarhum semasa hidup. Semua itu dilakukan bukan karena ingin tampil istimewa, tetapi karena ingin memberikan yang terbaik. Sebab dalam setiap helai buku Yasin itu, ada harapan agar siapa pun yang membacanya, turut mendoakan dan mengingat—walau hanya sejenak.
Kini buku itu telah tersebar. Beberapa disimpan di musholla
kecil, sebagian lain dibawa pulang oleh para tamu, dan sisanya kami simpan di
rumah. Tapi yang paling penting, buku itu menjadi bagian dari warisan kenangan
yang tak mudah hilang. Setiap kali kami membacanya, ada perasaan tenang yang
menyelinap—seolah kami masih terhubung dengan mereka yang telah pergi. Mungkin
inilah makna sebenarnya dari Yasin: bukan hanya bacaan, tapi jembatan hati yang
tak pernah putus.
---------------------------------------------------------------
Posting Komentar untuk "Membingkai Kenangan dalam Lembaran Yasin"